Selasa, 08 September 2020

Bab.I. hal.2, Berkirim surat

2. Berkirim surat


Surat berwarna merah jambu itu, ku titipkan kepada salah satu teman sekelas nya,:" Asmah". Sambil tersenyum, ku ucapkan trima kasih atas bantuan nya. 

Ketika istirahat usai, kudengar terjadi kehebohan di kelas Ana. Rupa nya  surat yang ku kirimkan jatuh  ketangan  ketua kelas nya, dan dibacakan di hadapan kelas, untung nya belum ada guru masuk kelas nya. 

"Brengsek anak itu?" fikir ku. Emang surat itu buat edaran?"

Tapi Sejenak kemudian, aku coba berfikir tenang. 

Kusampaikan pesan kepada teman nya, agar memanggil nya, dan menemuiku di dekat ruang laborat, saat itu juga. Ruang laborat letak nya tidak berapa jauh dengan toilet, sehingga kami punya alasan untuk izin keluar kelas, pada saat pelajaran sedang berlangsung. 

Ketika Ana datang, kutanyakan, : Kenapa begitu jadi nya? Apa kamu yang berikan? 

" Surat itu dirampas dari tangan Asmah, dibuka, lalu dibacakan di depan kelas, sebelum sampai ke tangan Ana,"!

" Maafkan saya, " kata nya, sambil menunduk dalam. Mungkin merasa bersalah.

"Baiklah, kata ku lagi, saya akan tanyakan Asmah dan  ketua kelas mu itu."

"Sekarang kembalilah ke kelas, dan ikuti pelajaran nya," :  kata ku pada Ana, sambil berusaha tersenyum, kecut.

Ia mengangguk sambil tersipu malu,  membalikkan badan, lalu berlari kecil ke kelas nya.

Malam ini, aku tersenyum, mengingat kembali raut wajah ketakutan dan rasa bersalah Ana, tadi ketika berhadapan dengan ku di dekat ruang laborat. 

Dari jarak sedekat itu, baru jelas dapat kulihat, ternyata Ana memang sangat cantik. Dengan rambut di potong gaya punk rock sebahu, mengenakan rok ketat membalut tubuh nya, wajah melankolis dan senyum manis, serta aura kesederhanaan, memancar kuat dari nya. 

Aku membayangkan kebanggaan jika saja aku dapat berjalan beriringan dengan nya. Bagaimana banyak mata yang akan menatap dengan penuh rasa cemburu dan iri. Mungkin mereka berfikir, darimana datang nya gadis secantik ini?

 Dengan senyum mengembang dibibir, aku terlelap malam itu. 

Cinta adalah anugrah 
Ia datang begitu saja
Tanpa diundang, tanpa diminta
Menusuk dada bak tombak berbisa

Berbahagialah para pencinta
Mereka mendapatkan anugrah berharga
Warisan Adam dan Bunda Hawa
Cinta adalah anugrah surga