Rabu, 09 September 2020

Bab.III. hal.1. Galau

Bab.3

1. Galau


Sudah lebih dari setahun Ana menikah. Waktu yang berlalu begitu cepat, belum sanggup membuat Aku move on dan melupakan nya. Sekarang aku sudah menjelang memasuki tahun akhir ku di es em a.  

Sering kali sore hari, Aku duduk di pinggiran kapuas sambil menatap kosong ke arah matahari terbenam.

 Ya, Aku mencoba mengisi kembali energy kehidupan, yang terasa kosong dan mengering dari hati dan hidupku.

 Sakit memang. Kehilangan orang yang kita cintai adalah malapetaka bagi jiwa. Neraka bagi hati. Dan penyakit di kepala yang tak kunjung berkurang denyut nya. 

Wajah Ana masih sering melintas di depan mata ku. 

Dalam mimpi, kadang Ia hadir dan membuat ku kembali terjaga dari lelap tidur ku.


Klik Disini Film India


 Untuk menghibur hati, kualihkan fokus pada pelajaran. Aku harus lulus dan menyelesaikan sekolah ku. Begitu tekad ku pada diri sendiri.  Sambil sekolah, aku juga bekerja untuk mendapatkan sekedar uang saku dan membeli keperluan ku sendiri.

 Memang sejak kecil Aku biasa mandiri dalam banyak hal. Termasuk biaya untuk sekolah. Dulu ketika Es de, aku biasa berjualan es potong, dengan membawa dua termos ke sekolah. Kadang gulali, atau kerupuk yang diolesi gula merah. 

Sepulang dari es em a, Aku membantu temanku berjualan di pasar seroja. Hingga jam tujuh malam, baru pulang kerumah. 

 Sepanjang masa itu, Aku pernah mencoba lewat di depan rumah nya. Sekedar melintas menggunakan sepeda pancal. Tapi karena tak tau pasti letak rumah suami nya, Aku tak  dapat melihat nya. Barangkali Dia juga jarang keluar rumah setelah menikah. 

Aku tak tau kabar nya. Hanya kudengar, Dia telah melahirkan putri pertama nya dengan selamat, Syukurlah, kata ku dalam hati.