Jumat, 11 September 2020

Bab.V.hal.4 . Selamat tinggal cinta,

4. Selamat tinggal sayang, 





Kisah cinta 

Hari ini adalah jadwal keberangkatan kapal ku....,

 Ana bersikeras untuk mengantarkan aku sampai ke pelabuhan. Didampingi adik nya, Dia datang menjemput ku. 

Hari masih pagi, baru sekiar pukul delapan.

 Setelah menaikan koper dan perlengkapan, aku masuk ke mobil nya dan duduk di belakang.

Ana memegang setir nya. Sesekali sempat kulihat, mata nya menatap kaca spion dalam. Aku tersenyum. Mungkin hati kami sangat berat untuk  berpisah, tapi keadaan lah yang memaksa. Bagaimanapun, kami pernah saling mencintai. Kami pernah bersama. Kami pernah jalan bareng. Banyak kenangan yang telah kami lewati dalam rentang usia yang sudah setengah abad ini. 

Tapi kami sekarang sudah dewasa, sudah jadi orang tua. 

Kami harus memutuskan yang terbaik untuk semua,dan seperti dulu, kami harus menyerah pada takdir. Kami tak lagi dapat bersatu. Demi anak - anak dan keluarga nya, aku harus menarik diri, dan keluar dari lintasan hidup nya. Dia harus kembali kepada keluarga nya, dan aku harus kembali kepada keluarga ku. Itulah kenyataan yang harus kami jalani. 

Hidup kadang memang kejam,! 

Hidup tak mengerti tentang impian, cinta, harapan, dan angan-angan.  Hidup adalah kenyataan. Hidup terus berjalan menggilas roda zaman, dan meninggalkan masa lalu di belakang, menjadi  kenangan. 

Tanpa terasa, kami sudah tiba di pelabuhan.

 Setelah menurunkan koper, dan mengucapkan terima kasih, aku memutar badan, dan melangkah akan memasuki areal pelabuhan, tapi Dia menahan ku. 

"Kita ngopi dulu, tadi Ana belum sarapan juga,"  kata nya 

Kami memesan kopi di warung pinggir pelabuhan. Aku duduk menjauh dari nya. Ana duduk berdekatan dengan adik nya. 

Tiba - tiba, tangan nya menyenggol gelas kopi, dan isi nya tumpah diatas meja.  Aku cepat bangkit, dan menyambar lap yang ada di dekat meja penjual nya. Membersihkan kopi yang tertumpah. 

 "Jam berapa jadwal kapal nya?" tanya Ana.
" Nanti sekitar jam sebelas siang,"  kata ku
" OOh, masih lama lah, " sambung nya. 
Hari itu baru jam sembilan pagi, ketika kami tiba di pelabuhan. 

"Ga papa, biar saya tunggu, " kata ku.
" Kami jalan dulu ya," sambung Ana lagi. 
" Iya, terima kasih atas segala nya," jawab ku . Kami bersalaman dan Dia bersama adik nya naik ke mobil, Aku masuk kedalam pelabuhan. Ada rasa perih menusuk di dada ku. Mungkin itu juga dirasakan Ana.  



Sambil menyeret koper, aku mencari tempat duduk yang dekat dengan pintu masuk boarding pas pelabuhan. Tadi Ana sempat membelikan sebotol air dan beberapa roti serta kue untuk camilan.  Dia memang baik dan berhati mulia.  Beruntunglah aku yang pernah mendapatkan cinta nya. Meski kami harus mengalah dan menyerah pada dunia. Dan mengunci cinta kami kedalam peti hati.  

 Jam tiga sore, kapal yang akan kutumpangi, baru merapat. Ternyata tadi tertahan di muara karena air surut. 

Setelah boarding, Aku naik ke atas kapal.

 Sekitar pukul lima sore, tali dilepas, jangkar diangkat, kapal mulai bergerak pelan meninggalkan pelabuhan Dwi Kora Pontianak.  Lampu - lampu mulai menyala disekitar pelabuhan, memantulkan pendar cahaya indah, berkilauan. 

Perlahan kapal ku memasuki alur tengah sungai kapuas menuju arah matahari terbenam untuk keluar ke muara. 

Tiba - tiba, Hp ku berdering di saku celana, .. 

"Halo, ya " ada apa?" tanya ku. Terdengar isak tangis diujung sana.   
"Abang sampai dimana? sudah berangkat kapal nya,?" suara Ana terdengar  penuh kesedihan. 
"Ini baru mulai bergerak meninggalkan pelabuhan, terlambat merapat, nunggu air pasang tadi  kapal nya, " jawab ku.
"Abang, sejak pagi tadi Ana tak berhenti menangis, mulai sampai dirumah, tak keluar dari kamar, hingga bengkak mata," terdengar suara nya diantara isak tertahan.  

Aku hanya terdiam, menahan perih yang mengoyak dada,... 

Dulu, ketika kutinggalkan Ponti dan berangkat ke Surabaya sekitar tahun sembilan puluhan, dada ku juga terasa begitu sakit dan perih. Mungkin lebih perih dari hari ini. Hanya saja, kutanggung sendiri, karena aku berangkat, tanpa sepengetahuan nya. 

Dan kali ini, rasa sakit itu terbagi dua. Separoh tertinggal di dada Ana, dan separoh kubawa ke tanah Jawa.  

 Cinta kami terbelah dua. Sakit  kami menusuk dada. Jiwa kami terasa merana. Inilah kenyataan yang menimpa cinta kami, meski telah berlalu tiga puluh lima tahun waktu.  



Niat hati tak nak Berpisah

"Abang, kenapa kita harus berpisah lagi, setelah bertemu,?" 
" Ana harus kuat, " kata ku. Inilah kenyataan hidup. Kadang manis, kadang pahit. Kita tak kan sanggup menentang takdir Tuhan. Ana harus bertahan, membesarkan anak - anak, menjaga amanah almarhum, menjadi kepala keluarga," lanjutku, mulai kehabisan kata - kata untuk menghibur nya. 

"Berusahalah  untuk melupakan kenangan, melupakan abang, ikhlaskan semua yang sudah terjadi, sebagaimana dulu abang meng ikhlaskan Ana untuk menjalani takdir, menikah dengan Ikhsan," kata ku lagi. 

"Abang bahagia, karena keputusan abang dulu, benar  dan tepat untuk  saat itu. Ana menemukan suami yang baik, kehidupan yang baik, anak - anak yang baik, tercukupi segala nya, Ana bahagia menjalani hidup," itulah yang terpenting bagi abang."  

"Tak sia - sia pengorbanan cinta kita, dengan memilih untuk berpisah, " lanjut ku yang mulai menahan tangis karena sesak menusuk dada.  

" Iya abang, terima kasih atas pengorbanan abang untuk kebahagiaan Ana, " kata nya. 

Kapal sudah mulai keluar dari muara Jungkat. Perlahan merayap ke tengah lautan. Angin kencang sore itu menyapu wajah ku. Disebelah barat, matahari  mulai terlihat kemerahan, pertanda sebentar lagi akan terbenam. 

Azan magrib berkumandang dari mushollah kapal. 

Sinyal Hp mulai hilang datang, terputus - putus, sebelum kemudian menghilang sama sekali.  Kami sudah di luar jangkauan. Pertanda bahwa kami sudah jauh dari daratan. Jauh dari pantai. Aku segera mencari letak mushollah, setelah berwudhu, kuangkat takbir untuk sholat magrib dan bersujud kepada Tuhan ku.  Terima kasih ya Allah, atas  segala nya.   

Malam ini, kapal berlayar tenang. Ombak relatif kecil.....,  

 Setelah ke kantin dan membeli segelas kopi, aku turun ke deck bawah, mencari tempat untuk duduk di dekat bagian buritan kapal.  Tonggak besi sebesar dua kali pohon kelapa untuk mengikat tali belakang kapal, setinggi sekitar setengah meter, kujadikan kursi  malam itu.  

Kulemparkan pandangan ke tengah laut.....,  

Dikejauhan,  terlihat kerlap - kerlip lampu mungkin kapal atau perahu nelayan yang tengah melaut mencari ikan.

  Selebihnya hanya ada kegelapan di tengah lautan. 

Sambil menyedot rokok ditangan, menyeruput kopi di gelas plastik, fikiran ku mulai menerawang mencari sosok dan bentuk di kegelapan malam itu. 

Hidup memang aneh....,  

Tiga puluh lima tahun yang silam, aku duduk di buritan kapal, mendekap kesedihan, sendirian, berangkat merantau ke tanah Jawa. Sekarang? Aku juga duduk sendirian, diburitan kapal, dengan penuh kesedihan. Rasa yang sama, situasi yang sama, kondisi yang sama.

 Yang berbeda hanyalah, mungkin dulu kesedihan itu tak ikut dirasakan oleh nya. Sekarang, kesedihan itu ditanggung bersama. Terbagi dua. Hanya itu letak beda nya.  

Cinta memang aneh.....,

 Ada yang berupaya mendapatkan dan mengejarnya dengan segala cara, tapi kemudian meninggalkan nya. Ada yang berbahagia  menemukan dan merasakan indah nya, kamudian harus berpisah, dan menanggung luka. Menderita.

Ada yang hidup bersama, tapi  tak pernah berhasil mendapatkan hati nya. Ada yang mencintai setengah gila, tapi tak pernah menyentuh nya, sampai tua. Ada yang dicintai sepenuh jiwa, tapi tak mengerti nilai diri nya  betapa berharga nya Dia di mata orang yang mencintai nya itu.  Ada yang mencintai, tapi takut mengatakan nya. Ada yang berani mengatakan nya, tapi dengan setengah cinta. 

Ada yang menjalani hidup, karena hidup terus berjalan. Ada yang kehilangan cinta, tapi tetap bertahan. Ada yang mencari cinta, tak pernah menemukan. Ada yang menemukan, bukan cinta, tapi keharusan.  Ahkk, cinta memang membingungkan 

Kata orang, cinta bisa datang dari banyak pintu,...

Ada pintu mata, pintu harta, pintu hati, pintu kebaikan, pintu jiwa dan pintu - pintu lain nya.   

Pintu mata mungkin jatuh cinta karena kecantikan, atau ketampanan.  Pintu harta mungkin karena kekayaan. Pintu hati mungkin karena rasa simpati dan kekaguman.  Pintu kebaikan mungkin karena sifat dan sikap nya.  Dan yang paling dalam serta berbahaya  adalah pintu jiwa. 

Cinta yang datang dari dalam jiwa sangat berbahaya dan menakutkan. Berbahaya karena mereka tak lagi mengenal takut. Bagi mereka, hanya ada satu pilihan, hidup bersama, atau mati berdua. Cinta inilah yang mungkin menjadi legenda Eropah, Romeo dan Juliet  nya Shakes Pierre . 

Menakutkan adalah karena mereka  tak tau lagi arti bahaya. Tak jarang salah satu atau kedua nya menerobos batas - batas aturan agama, sosial, dan masyarakat yang berlaku. 

Kadang terjadi mereka bersama atau salah satu nya, dengan sadar bersedia menanggung akibatnya dengan berkorban nyawa, harga diri, kehormatan, martabat, aturan susila, hukum sosial, gunjingan ,pandangan sinis, dan cemoohan, bahkan hukum Allah.

 Itulah kekuatan cinta dari jiwa. 

Akan tetapi, cinta yang seperti ini tak juga sepenuhnya dapat dibenarkan.Karena antara nafsu setan dengan apa yang mereka sebut cinta, sangat tipis batasnya.

  Cinta sejati akan bertahan dalam koridor  hukum Allah. Cinta ini tak akan pernah dapat di pengaruhi iblis untuk berbuat maksiat. Cinta ini akan menjaga kesucian orang yang dicintai nya. Cinta ini akan tetap hidup di hati, baik berdekatan atau berjauhan. Cinta ini adalah rasa ketulusan dari lubuk hati terdalam. Ia akan tersimpan di bawah permukaan, tak akan pernah hilang.  Dan cinta ini, tak akan menodai orang yang di cintai nya, sebelum mereka menikah.

Sepasang merpati adalah contoh cinta sejati yang murni. 

Merpati jantan yang dipisahkan dengan merpati betina pasangan nya, akan  tetap hidup sampai akhir usia nya. Tapi dia tak akan pernah sanggup lagi mencintai merpati lain, sepanjang sisa hidup nya.  Sering terjadi merpati jenis ini, pendek usia hidup nya. Ditemukan banyak kasus bahwa merpati kesepian sering melakukan perbuatan menyakiti diri nya sendiri. Itulah cinta sang merpati.  

Begitu juga si merpati betina. Ia mungkin menyerahkan jasadnya kepada merpati lain, tapi  ia tak akan pernah menghasilkan telur. Merpati itu akan mandul selama nya. Yang sering terjadi, si merpati menolak untuk di dekati oleh merpati jantan yang bukan pasangan nya. Merpati jenis ini biasa nya berubah jadi malas bergerak, kurang aktif, tidak lagi lincah terbang, sering menyendiri, dan hanya sedikit makan.  Subhanallah, ! Itulah anugrah cinta dari Allah kepada mahluk nya, yang ditanamkan kedalam diri mereka. 

Kutarik  nafas dalam - dalam, mencoba mengendorkan tekanan kesedihan yang menyesakkan dada.  Udara laut terasa mengisi rongga penuh paru - paru. Semilir angin menyapu wajah, sesekali kuseka, karena ada linangan air mata disana.  

Kucoba mengingat masa lalu, apa cara yang kulakukan untuk mengobati kesedihan seperti ini? Ternyata, bukan dengan berupaya melupakan, tapi berupaya meng ikhlaskan. 

Ya, ! Hanya dengan meng ikhlaskan kita akan mampu menghapus kesedihan.

 Keikhlasan adalah melepas sesuatu dengan kesadaran. Dengan menyadarkan hati dan fikiran, bahwa ini adalah kenyataan. Inilah hidup. Tak  mesti hitam putih, tapi penuh warna. Suka cita dan duka lara, silih berganti. Seperti matahari, pasti akan bersinar kembali, setelah hujan  reda dan  badai berlalu. 

Ikhlas adalah, tersenyum dan bersyukur atas apa saja yang telah kita terima, kita jalani, kita lalui.  Dan tidak sakit hati jika kehilangan. Tuhan mengajarkan, setelah kesulitan akan datang kemudahan, setelah kesulitan, akan datang kemudahan. Diulang dua kali. 

Bagiku itu adalah jaminan dari Allah. Bahwa apa saja akan berubah, dan berganti, seiring waktu.  Penderitaan akan berganti senyum. Sakit akan sembuh. Pagi akan bertemu petang. Matahari akan tenggelam dan di gantikan oleh sang rembulan di waktu malam. 

Ada pertemuan, ada perpisahan. Kebersamaan akan diselingi berjauhan. Kesepian akan terisi kebahagiaan. Itulah Sunnatullah. Dijadikan Nya segala sesuatu berpasangan. Berlawanan. Kita tak akan tau bagaimana terang, jika kita tak pernah mengetahui kegelapan. Kita tak akan sanggup tersenyum, jika kita tak pernah menangis.

 Rasa bahagia akan lebih sempurna, jika kita pernah  menderita.   

Ikhlaskan lah aku untuk menjalani sisa hidupku. Maafkan aku, jika pernah menyakiti hati mu. Izinkan aku untuk menelusuri lorong takdir, yang telah kujalani selama ini. 

Kita tak akan pernah sanggup membunuh cinta, tapi kita harus mampu menerima realita, kenyataan, dan melanjutkan hari esok, dengan penuh harapan.

 Kita harus bangkit. Kita harus move On. 

Masih ada sisa waktu yang dapat kita nikmati. Masih ada keluarga, yang bisa kita kasihi dan sayangi. Masih ada anak -anak yang siap menerima cinta dari kita , sepenuh hati.  Masih ada kehidupan diluar sana  yang  membuat hidup kita punya arti. 

Masih banyak sahabat tempat kita berbagi. Masih ada kerabat tempat kita melabuhkan letih.  Kalau kita tak merasa cukup berharga hidup untuk diri sendiri, setidak nya, kita harus hidup untuk mereka. Lagipula, beruntung  kita masih punya waktu untuk beribadah, mendekatkan diri pada Allah, dan meminta ampun atas khilaf, salah, dan dosa.  

 Kita hanya mahluk yang lemah, tak punya kekuatan, daya dan upaya. "La haula wala quwwata illa billah, " Inna lillah wa ina ilaihi rajiun," Kami  rela atas semua yang telah Kau berikan, maupun yang telah Kau ambil kembali , ya Allah,!" 

Fikiran itu kusuntikan ke benak ku. Dan hasil nya luar biasa. Aku merasa sedikit lega. Dadaku terasa menjadi longgar. Kutarik nafas dalam -dalam, menghirup udara malam lautan.

 Aku kemudian berdiri, membentangkan kedua tangan, lalu menjerit sekuat - kuat nya, melepaskan beban yang menghimpit batin. 

Setelah kembali ke deck ruang tidur penumpang, aku mencoba merebahkan badan, memejamkan mata, lalu terlelap ditengah lautan.  


=, Selesai, 12092020 ,=